22 RASA OPTIMIS
Pagi itu Furqan itikaf di masjid. Sejak Subuh ia masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ia duduk bersila mem baca Sirah Nabawiyah sambil menunggu waktu Dhuha tiba. Ia menunggu sampai matahari benar-benar terasa hangatnya.
Sejak peristiwa di hotel itu dan ia menyadari kekhilafannya, ia semakin banyak mendekatkan diri kepada Sang Pencip ta manusia dan alam semesta. Setelah meraih gelar masternya ia semakin memperkuat ibadahnya. Seolah ingin menebus kelalaian yang selama ini diperbuatnya.
Begitu waktu Dhuha tiba, ia shalat dua belas rakaat. Setelah itu barulah ia meninggalkan masjid menuju apartemennya. Tak ada siapa-siapa di rumahnya. Dua teman-nya, Abduh dan Maftuh telah pergi entah ke mana . Ia langsung mandi.
Berkemas. Menyalakan mobilnya dan pergi. Tujuannya perta ma tama adalah sarapan di Wisma Nusantara. Baru setelah itu ia mau ke Abbasea. Ke kantor Kolonel Fuad. Tadi malam sebelum tidur ia dibel kolonel itu bahwa penjahat yang menama kan dirinya Miss Italiana telah ditangkap.
Pukul sepuluh lebih enam belas menit Furqan sampai di Abbasea. Kolonel Fuad menyambutnya dengan senyum mengembang.
"Aku tepati janjiku. Aku bilang paling lama satu minggu untuk menangkap penjahat yang berbuat kurang ajar padamu itu. Kemarin sore, saat ia tertangkap genap satu minggu dari hari kita membuat kesepakatan. Ia sekarang meringkuk di dalam sel." Tanpa ditanya Kolonel Fuad menjelaskan keberha silannya panjang lebar.
"Di mana kalian menangkapnya?"
"Di Port Said.Ia hendak berlayar ke Yunani. Penjahat itu kami tangkap tadi sore.Begitu tertangkap langsung kami larikan ke Cairo. Begitu sampai di sini, aku langsung kontak kamu."
"Apa dia orang Yunani?"
"Bukan. Dari data yang kami kumpulkan, dia ternyata orang Israel."
"Orang Israel?" tanya Furqan kaget.
"Ya. Dia orang Israel. Tapi ia memiliki lima paspor. Yaitu Spanyol, Italia, Amerika, Israel, dan Rusia. Dia masuk Mesir menggunakan paspor Spanyol. Dia berangkat dari Madrid. Setelah beroperasi di Mesir selama tiga bulan, dia hendak lari ke Yunani."
"Apa yang dia kerjakan selama di Mesir?" "Banyak. Yang jelas, ia mata -mata Mosad."
"Mata -mata Mosad?!" Furqan kaget bukan main. "Ya, benar."
"Bagaimana mungkin kalian bisa kecolongan?" "Penjahat itu selalu lebih pintar satu langkah dari polisi.
Tapi alhamdulillah, akhirnya toh dia tertangkap. Kau ingin melihatnya?"
"Boleh."
Furqan diajak ke ruang tahanan. Di sana ia melihat seorang perempuan berambut pirang memakai celana jeans dan blues hitam. Perempuan itu memang persis seperti yang ada dalam foto memalukan itu. Dengan bahasa Inggris seadanya dan dengan nada geram Furqan bertanya,
"Hei, why you do it to me!?"
Perempuan berambut pirang itu malah tertawa terkekehkekeh. Lalu ia berbicara tidak jelas. Kemudian bernyanyi-nyanyi seperti orang gila.
"Apa dia gila?" tanya Furqan pada Kolonel Fuad. Sang Kolonel tersenyum mendengar pertanyaan Furqan. "Dia pura -pura gila."
"Sejak kapan dia pura-pura gila?"
"Sejak dia ditangkap. Yang jelas tidak ada orang yang benar-benar gila yang bisa bepergian ke luar negeri dan memiliki lima paspor. Mari aku tunjukkan kelima paspor-nya!"
Furqan menurut. Ia dibawa ke ruang penyimpanan ba rang bukti.
"Ini paspor-paspornya." Kata Kolonel Fuad sambil menyerahkan lima paspor yang warnanya berbeda-beda.
Furqan menerima paspor-paspor itu dan melihatnya dengan seksama.
"Bagaimana dia bisa mendapatkan paspor-paspor ini?" tanya Furqan lugu. asli'."
"Ya tentu saja dari Israel. Paspor-paspor itu palsu tapi asli. "
"Maksud Kolonel dengan 'palsu tapi asli' itu bagaimana?" "Paspor itu sesungguhnya palsu. Karena yang menge
luarkan bukan negara asalnya tapi yang mengeluarkan sebenarnya adalah Mosad Israel. Tapi asli, artinya bahkan negara aslinya pun akan mengakui itu asli. Sebab tidak bisa dibedakan dengan yang asli. Jenis kertasnya sama. Semuanya sama. Kau harus tahu, Israel memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat uang di seluruh dunia. Juga memiliki semua jenis kertas yang digunakan untuk membuat paspor di seluruh dunia. Israel juga memiliki teknologi untuk membuat uang dan paspor yang sama persis dengan yang ada di seluruh dunia. Inilah rahasia yang berhasil kami kuak. Maka kita harus hati-hati. Dengan membuat uang yang palsu, tapi benar benar tidak bisa dibedakan dengan yang asli Israel bisa merusak ekonomi suatu negara. Krisis ekonomi di Asia Tenggara dalam analisis kami tak bisa dilepaskan dari rekayasa Israel."
Kolonel Fuad memberikan penjelasan panjang lebar. Furqan jadi sangat mafhum. Jika untuk membuat paspor di seluruh dunia adalah begitu mudah bagi Mosad Israel, maka untuk sekadar mengetahui identitas dirinya dan membuka kamar hotelnya bukanlah pekerjaan yang susah.
"Sekarang tidak ada yang perlu kaukuatirkan. Penjahat yang mengancam kamu sudah tertangkap. Aku telah menunaikan janjiku, sekarang giliran kamu melunasi janjimu," kata Kolonel Fuad tegas.
"Baiklah, hari ini juga aku bayar lunas janjiku. Nanti sore aku akan datang lagi kemari membawa uang seribu pound dan menyerahkan mobilku padamu,"jawab Furqan tak kalah tegas. Dengan tertangkapnya Miss Italiana, ia merasa ancaman yang selama ini menghantuinya telah sirna. Ia merasa sangat lega. Seolah kiamat yang selama ini mengancamnya tak jadi datang.
"Pukul berapa kau akan datang?" Tanya Kolonel. "Pukul lima sore, insya Allah."
"Baik. Aku tunggu. Pukul lima sore di sini." Furqan minta diri. Ia langsung mengendarai mobilnya ke
Maydan Husein. Tujuan pertamanya Bank Faisal Al Azhar. Ia hendak mengambil tabungannya. Setelah itu ke Khan Khalili. Ia hendak beli oleh -oleh untuk keluarganya di Indonesia. Beberapa hari lagi ia mau pulang.
Di depan Bank Faisal Al Azhar, ia bertemu dengan Azzam yang tampak tergesa -gesa hendak ke kampus.
"Oi Zam, oi kau sekarang rajin kuliah ya?" sapanya dengan tersenyum.
Dengan tersenyum juga Azzam menjawab,
"Lha iya lah. Mumpung masih di Mesir harus rajin kuliah lah."
"Lha begitu. Itu baru namanya mahasiswa. Masak bikin bakso terus, apa mau tinggal di Mesir terus?"
"Itulah Fur. Doakan aku ya. Tinggal satu mata kuliah saja.Aku ingin lulus tahun ini. Kau saja sudah M.A., masak aku S.1 saja tak kelar-kelar. Sudah ya Fur, aku mau kuliah dulu. Ini mata kuliahnya Doktor Abdul Fattah Asyur. Aku sudah terlambat nih," jawab Azzam sambil melangkah.
"Ya Waffaqakumullah," 67 67 Semoga Allah memberimu taufik. tukas Furqan.
Azzam melangkah ke arah kampus, sementara Furqan langsung melangkah masuk ke dalam Bank.
Sampai di dalam ia mengerutkan keningnya. Orang Mesir penuh. Ia harus antri. Ia berdiri sambil melihat suasana. Ada dua orang Malaysia yang sedang menukarkan uang. Dari dollar ke pound Mesir. Ia tahu kedua anak itu dari Malaysia dari cara berpakaian dan logat bicaranya.
Lima belas menit kemudian tiba gilirannya melakukan transaksi. Ia mengambil dua ribu lima ratus pound. Lalu ia mentransfer sisa tabungannya ke rekeningnya yang ada di Indonesia. Ia menutup tabungannya. Dalam pikirannya, jika nanti kembali lagi ke Mesir ia bisa membuka tabungan lagi. Namun jika ternyata karena satu dan lain hal ia tidak kembali atau ia lama di Indonesia, uang tabungannya akan sangat berguna baginya.
Setelah itu ia ke Khan Khalili. Ia belanja dengan cepat. Tanpa banyak memilih dan menawar. Ia seperti dikejar-kejar waktu. Ia memang harus cepat. Sebab siang ini juga ia harus ke rumah Ustadz Mujab untuk membicarakan masalah kelan jutan lamarannya pada Anna. Dan ia masih akan membawa mobil itu sampai sore hari ini. Setelah itu ia tidak lagi bawa mobil. Jika teman-temannya bertanya di mana mobilnya, ia akan menjawab sudah di tangan orang Mesir. Mereka akan menyangka mobil itu dibeli orang Mesir. Ia memang tidak ingin masalahnya menjadi konsumsi masyarakat Indonesia di Cairo. Ia ingin mereka hanya tahu prestasinya. Itu saja.
"Jadi kamu ingin langsung melamar Anna kepada kedua orang tuanya?" tanya Ustadz Mujab pada Furqan.
"Iya Ustadz. Biar lebih cepat tahu kejelasannya. Jika tidak demikian Anna bisa terus mencari alasan untuk mengundur undur jawabannya."
"Kamu sudah benar-benar siap jika Anna atau keluarga Anna menolakmu? Padahal jika kamu mau bersabar sam-pai hati Anna benar-benar siap, kamu punya peluang besar untuk diterima olehnya."
Furqan diam sesaat. Ia berpikir sejenak lalu menjawab, "Saya yakin Anna sudah punya sikap. Ia hanya ragu. Jus
tru jika saya langsung datang pada orangtuanya, ia tidak ada kesempatan lagi untuk ragu. Saya rasa peluang saya lebih besar jika saya langsung melamar pada orang tuanya Ustadz. Ini sudah saya pikir masak -masak."
"Kalau kau sudah memikir masak -masak ya sudah. Aku hanya berharap kau dan dia bertemu dalam ridha-Nya. Baiklah agar kau punya alasan logis datang ke rumah Anna sebelum resmi melamarnya, aku akan menitip sesuatu untuk ayahnya. Juga akan aku bikinkan surat pengantar pendek yang isinya memperkenalkan dirimu dengan singkat. Ayah Anna masih terhitung kerabatku. Beliau pasti akan sangat senang mendapat titipan dariku."
"Iya, terima kasih Ustadz." "Kau tunggu sebentar ya."
Ustadz Mujab masuk ke kamar kerjanya. Lelaki yang masih menjadi mahasiswa S.2 di Institut Liga Arab itu menulis surat lalu membungkus sesuatu berbentuk kotak kecil dengan kertas kado. Sejurus kemudian ia keluar dan menyerahkan sepucuk surat dan bungkusan itu pada Furqan.
"Yang terbungkus itu isinya minyak Hajar Aswad asli. Berikan pada Pak Kiai Lutfi Hakim , ayah Anna. Sebaik-nya kau sendiri yang memberikan. Jika misalnya beliau pas tidak di rumah saat kau di sana, sebaiknya kau me-nunggu sampai beliau ada," jelas Ustadz Mujab.
"Baik Ustadz."
"Semoga semuanya dimudahkan Allah." "Amin."
Furqan sangat yakin, maksud dan keinginannya menyunting mahasiswi yang saat itu paling menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa Indonesia di Cairo, pasti terkabulkan. Ia selama ini berpendapat, takdir itu ada hukum-hukum alamnya. Takdir itu mengikuti aturan sebab dan akibat. Ia merasa telah menemukan kebenaran pendapat-nya itu lewat ratusan keja dian yang telah ia alami selama ini. Juga kejadian yang dialami oleh orang lain.
Misalnya, ia selalu lulus ujian karena memang ia belajar dengan baik. Lulus ujian adalah akibat dan belajar dengan baik adalah sebab. Jika sebabnya tidak ada yaitu belajar dengan baik, maka akibatnya akan sirna. Karena tidak belajar dengan baik, maka yang terjadi adalah tidak lulus ujian.
Contoh lain menurutnya adalah kematian. Menurutnya, kematian adalah akibat. Kematian yang menurut banyak orang adalah takdir, sebenarnya tak lain dan tak bukan adalah akibat. Pasti ada sebabnya. Ia tidak bisa memercayai adanya kema tian tanpa sebab. Seseorang itu mati karena ia melakukan sesuatu atau masuk ke dalam suatu keadaan yang mengha ruskan mati. Itu adalah hukum alam.Ada orang mati karena kecelakaan. Memang hukum alamnya, jika kepala pecah atau orang kekurangan darah pasti mati. Jika ditarik lagi, orang mati karena kecelakaan, bisa jadi karena ia tidak hati-hati di jalan raya. Atau ia telah hati-hati tapi orang lain yang tidak hati-hati. Jadi tindakan tidak hati-hati di jalan raya bisa menyebabkan kecelakan. Dan kecelakaan menye babkan kema tian.
Bahkan ada orang mati karena keracunan makanan. Memang hukum alamnya, jika tubuh manusia kemasu kan racun tertentu bisa merusak jaringan syaraf, otak dan pembuluh darah yang mengakibatkan seseorang mati.
Jadi dalam pandangannya, takdir itu pasti sesuai hukum alam. Takdir bisa dikalkulasi dan dihitung secara matematis. Apalagi teknologi manusia semakin tinggi. Jika orang ingin panjang umur dan tidak mati-mati, maka menurutnya, orang itu harus berjalan sesuai dengan hu-kum alam yang membuat manusia tetap hidup, serta tidak melanggar hukum yang membuat ia mati.
Selama ini ia selalu mendasarkan tindakan dengan kalkulasikalkulasi dan hitungan matematis. Ayahnyalah yang sejatinya mengajarinya sejak kecil. Ayahnya yang pernah kuliah ekonomi di Amerika itu selalu bertindak sesuai dengan kalku lasi matematis. Dan ia melihat dengan kepalanya sendiri ayahnya hidup sukses.
Ia sendiri merasa, bahwa ia saat ini bisa selamat dari intimidasi penjahat perempuan yang menamakan dirinya Miss Italiana itu juga karena kalkulasinya yang matang. Meskipun ia cemas dan takut, ia mengambil tindakan yang tepat; yaitu bermusyawarah dengan orang tepat. Sehingga ia selamat. Itu lah takdir, menurutnya.
Jika ia tidak berpikir cermat dan melakukan kalkulasi dan tindakan yang tepat, mungkin ia telah menemukan kiamat. Itulah takdirnya.
Demikianlah ia berpikir tentang takdir.
Maka dengan kalkulasi dan strateginya, yang ia anggap matang. Serta hukum -hukum alam yang menurutnya telah tersedia, ia pasti akan mendapatkan Anna Althafunnisa. Hu kum-hukum yang menurutnya membuat seorang gadis suka pada seorang pemuda ada pada dirinya. Prestasi ia punya.
Penampilan dan tampang diakui banyak orang. Materi ada. Keluarga dan silsilah keturunan sa -ngat terjaga. Doa, selalu terpanjatkan siang malam tiada henti-hentinya. Apalagi ku rangnya? Menurut hukum alamnya, tak bisa tidak , Anna Althafunnisa pasti berhasil disuntingnya.
Ia sangat optimis. Dan selama ini, jika ia optimis, ia selalu berhasil meraih apa yang diinginkannya. Ia meyakini kekuatan optimisme dan mind magic yang acapkali dilon-tarkan oleh motivator-motivator kaliber dunia. Benarkah demikian? Akankah ia sukses menyunting gadis idamannya, Anna Altha funnisa?
Waktulah nanti yang akan menjawabnya.
0 komentar:
Posting Komentar