17 Ikhtiar Mencari Cinta
”Bu’e sudah ingin menimang cucu Zam. Bisnis kamu sudah berjalan baik. Kapan kamu menikah?” Kata Bu Nafis suatu malam.
Perempuan itu membuka gorden jendela ruang tamu. Matanya memandang rembulan yang mengintip di balik pepohonan. Angin malam menyisir rambutnya yang memutih dibakar usia. Ia membelakangi putranya yang sedang mengkalkulasi modal bisnisnya.
”Segeralah menikah Nak! Syukurilah nikmat Allah yang diberikan kepadamu!”
Lanjut Bu Nafis dengan kedua mata tetap menikmati rembulan yang bersinar terang. Di balik pepohonan rembulan itu bagai cahaya bidadari yang mengintip malu-malu. Sinar rembulan menerpa wajah perempuan setengah baya itu.
”Azzam juga ingin segera menikah Bu. Tapi sudah dua kali ada gadis diajukan ke Azzam dan Azzam cocok tapi ibu yang tidak berkenan. Azzam harus bagaimana?” Bu Nafis menarik nafas lalu menutup gorden jendela. Ia lalu duduk di hadapan putranya. Kedua matanya yang teduh memandangi wajah putranya yang bergurat kelelahan dengan penuh kasih sayang.
”Maafkan ibu Nak. Ibu ingin yang terbaik untukmu. Tidak asal perempuan.”
”Apakah Rina dan Tika itu tidak baik Bu.”
”Ibu tidak bilang Rina dan Tika tidak baik. Mereka baik. Tapi ibu ingin yang lebih baik lagi. Ibu sedikit punya ilmu titen24 24 Ilmu meniteni, atau ilmu mengamati sesuatu dari gejala yang diberikan oleh alam biasanya berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang.. Menurut yang ibu amati kok kedua gadis itu kurang cocok untukmu. Mungkin lebih cocok untuk yang lain.”
”Ibu ini pakai ilmu titen segala. Apa itu ilmu titen, itu bid’ah Bu, itu khurafat!” Sengit Azzam.
”Kak jangan berkata yang sengit begitu dong sama Bu’e.” Husna muncul dari kamarnya,
”Menurutku ilmu titen sebenarnya ilmiah. Tidak bid’ah. Semua kok terus dibid’ahkan. Alangkah kerdilnya kita menghayati ajaran Allah yang mulia ini kalau suatu ilmu yang ilmiah terus dibid’ahkan.” Lanjut Husna.
”Terus penjelasannya bagaimana ilmu titen itu ilmiah Na. Kalau benar-benar ilmiah maka aku akan mencabut perkataanku.” Kata Azzam kepada adiknya.
”Ilmu titen itu berangkat dari kejelian orang-orang dahulu meniteni, yaitu mengamati kejadian-kejadian dalam kehidupan, peristiwa- di alam. Dari pengamatan yang berulang-ulang itu akhirnya bisa disimpulkan sebuah struktur kejadian. Dari struktur itulah lahir ilmu titen. Ilmu titen ini sebenarnya sudah masuk dalam seluruh aspek kehidupan ummat manusia. Mulai dari manusia paling primitif sampai manusia paling modern.
”Contoh ilmu titen begini Kak. Sederhananya orang dulu, zaman dulu sekali tidak tahu ilmu pengetahuan alam. Mereka tidak sekolah seperti kita. Kalau kita kan sekarang langsung tahu kalau ada mendung kemungkinan besar akan hujan. Kita tahu karena dapat dari pelajaran IPA di sekolah. Mendung pada hakeketnya adalah uap air yang menggumpal. Jika ditiup angin jadilah hujan. Orang dulu tidak belajar IPA. Mereka itu mengerti kalau ada mendung pasti akan hujan itu dari pengamatan yang berulang-ulang. Kok setiap melihat langit hitam lalu ada petir terus turun air dari langit. Demikian terus berulang. Akhirnya pengalaman itu menjadi struktur suatu ilmu bagi mereka yaitu kalau ada mendung maka ada hujan. Itulah ilmu titen.
”Contoh lain, orang dulu untuk mengetahui gunung mau meletus tidak dengan alat yang canggih yang bisa mendeteksi berapa kali ada gempa tektonik dari dalam kepundan gunung itu. Tidak Kak. Mereka tidak punya alat itu. Tapi mereka mengetahui akan ada gempa dengan melihat gejala alam yang berulang-ulang. Dengan niteni gejala alam yang berulangulang. Misalnya kalau banyak binatang turun dari gunung, kalau banyak binatang yang biasanya tidak turun kok turun, kalau itu terjadi kok terus tak lama gunung meletus. Maka itu mereka titeni, mereka perhatikan dengan seksama. Lalu mereka jadikan alamat. Mereka jadikan tanda, bahwa kalau banyak binatang turun dari gunung maka gunung akan meletus. Itu ilmu titen namanya Kang.
”Atau contoh seperti ini, polisi di dunia modern ini sekalipun juga rnenggunakan ilmu titen. Misalnya untuk mengetahui tersangka berkata jujur atau bohong ya dengan ilrnu titen. Kalau mimiknya begini maka jujur. Kalau gagap dan kelihatan berbelit-belit maka biasanya tidak jujur. Kalau tampak polos terus apa adanya ditanya berulang-ulang jawabannya sama maka biasanya jujur. Ya itu kan polisi berangkat dari ilmu titen.
”Juga seorang psikolog banyak menggunakan ilmu titen. Dengan melihat getar tangan seorang remaja, gaya bicara psikolog yang canggih bisa mengetahui remaja itu pecandu narkoba atau tidak.
”Terus lagi contoh ilmiah ilmu titen begini. Jika Kak Azzam mengatakan kepada saya1,3,5,7,9 maka saya akan langsung bisa melanjutkan pasti berikutnya 11, 13,15,17. Ini bukan berarti saya seorang wali yang serba tahu, yang tahu sebelum sesuatu itu terjadi kemudian. Bukan! Karena saya sudah mengamati angka-angka sebelumnya dan tahu struktur sebelumnya.
”Jika orang dulu ada yang bisa memperkirakan selembar daun nangka di depan rumah kapan jatuhnya. Dan perkiraannya itu tepat, maka itu tidak terus langsung bid’ah kak. Tidak terus langsung dikatakan dia dibisiki oleh jin. Tidak! Itu ada ilmunya ya ilmu titen itu. Ilmu mengamati fenomena alam yang dalam. Seseorang bisa memperkirakan kapan daun nangka itu jatuh dan tepatnya hari apa adalah setelah orang itu biasa mengamati daun nangka sebelumnya.
Dia menghitung sejak daun itu tumbuh lalu jatuh maka perlu rentang waktu sekian masa. Kalau daun itu baru berwarna begini, misalnya hijaunya agak muda belum hijau tua biasanya baru berumur sekian hari. Dia tahu karena memperhatikan. Karena niteni.
”Pepatah Arab yang terkenal itu man jadda wajada, siapa yang giat pasti akan mendapatkan, kan juga berangkat dari ilmu titen. Setelah sejarah membuktikan bahwa orang orang yang berhasil di dunia ini sebagian besar adalah orang-orang yang giat, orang-orang yang bersungguh sungguh, maka kemudian orang Arab kuno menyimpulkan man jadda wa jada.
”Perkembangan ilmu titen yang canggih yang kemudian melibatkan ilmu eksakta adalah ilmu falak, ilmu astronomi. Kok manusia bisa tahu akan terjadi gerhana jnatahari? Kok manusia tahu akan terjadi gerhana bulan? fKalau orang kuno dulu, ketika ilmu pengetahuan belum benar-benar maju untuk mengetahui itu ya mungkin rnurni dengan menggunakan kejelian pengamatan pada alam. Pada bintangbintang. Sekarang ilmu itu sudah berkembang. Gerhana matahari bisa diprediksikan dengan hitungan ilmu falak. Dasar hitungan itu pada awalnya kan ilmu titen dulu Kak.
”Baik terakhir Kak, Rasulullah pernah menggunakan ilmu titen. Kak Azzam tahu kapan? Yaitu ketika Rasulullah perang badar. Untuk mengetahui jumlah pasukan kafir Quraisy Rasulullah menggunakan ilmu titen. Yaitu dengan mengetahui dulu jumlah onta yang disembelih setiap harinya. Ketika ada yang memberi tahu beliau bahwa jumlah onta yang disembelih setiap harinya adalah sepuluh maka beliau menyimpulkan jumlah pasukan kafir Quraisy kurang lebih seribu orang. Karena satu onta biasanya bisa untuk dimakan seratus orang. Maka tinggal ngalikan saja. Sepuluh kali seratus ya berarti seribu. Begitu Kak. Jadi ilmu titen yang disampaikan Bu’e tidak terus bid’ah. Tapi rnemang...” Belum selesai Husna menjelaskan Bu Nafis,
”Maksud Bu’e itu dengan ilmu titen itu ya kira-kira Seperti yang diterangkan Husna itu lho Zam. Tapi ibu kan cuma tamat SR saja. Jadi Bu’e tidak bisa menjelaskan yang panjang rinci seperti Husna yang sarjana.
”Begini lho Zam, alasan Bu’e berdasarkan ilmu titen kenapa ibu tidak setuju dengan dua gadis itu begini. Pertama Rina, gadis temannya adikmu itu memang baik.Bu’e akui itu. Sopan santunnya baik. Cuma ada satu hal yang ibu amati, dan bu’e tidak cocok adalah ketika dia dulu menginap di sini, bisa-bisanya habis shalat subuh tidur lagi. Padahal kita bertiga tidak tidur. Dia lalu bangun jam tujuh pagi. Ini yang membuat ibu tidak cocok. Bagaimana kalau dia nanti jadi ibu bakda subuh tidur. Di rumah orang saja nekat begitu apalagi nanti di rumah sendiri.” ’Tapi Bu, Rina pada waktu itu memang terlalu letih. Sehari sebelumnya dia ada acara full di kampus.” Husna berusaha membela Rina, meskipun ia juga tahu kebiasaan tidur setelah shalat subuh itu masih dilanggengkan temannya itu sampai saat itu.
”Ah apapun alasannya. Ibu tak peduli. Kata ayahmu dulu kalau orang tidur habis subuh rezekinya dipatuk sama ayam, jadi hilang! Terus itu Si Tika atau Kartika Sari yang jadi penjaga kios Sumber Rejeki di pasar Klewer. Memang dia cantik dan anggun. Saat kita dolan ke rumahnya juga baik tutur bahasanya. Tapi Bu’e tidak suka caranya dia tertawa. Tertawanya ngakak-ngakak seperti itu. Dia itu seorang gadis masak tertawanya ngakak begitu. Kalau laki-laki masih agak mending, mungkin masih agak bisa dimaklumi. Ini gadis. Rasulullah saja kalau tertawa tidak ngakak-ngakak begitu. Setelah mendengar dia tertawa seperti itu Bu’e langsung kehilangan selera. Maaf, yang biasa tertawa begitu itu biasanya perempuan murahan, pelacur. Bukan Bu’e menganggap dia perempuan murahan bukan. Ibu hanya menjelaskan kenapa bu’e tidak suka. Daripada Bu’e punya menantu kalau setiap tertawa bu’e tidak suka dan setiap dia tertawa bu’e langsung teringat perempuan murahan kan lebih baik tidak bu’e iyakan.” Bu Nafis menjelaskan alasanalasannya. Tiba-tiba Lia keluar dari kamarnya.
”Kayaknya ramai nih diskusinya. Lia dengar dari kamar tadi Mbak Husna bicara tentang ilmu titen dengan segala penjelasannya. Tapi Lia lihat ya kak banyak di Jawa ini ilmu titen yang memang masuk khurafat kak. Jadi bid’ah. Mungkin ini yang dimaksud kak Azzam. Kalau yang kakak sampaikan tadi memang ilmiah.” Kata Lia.
”Yang seperti apa itu Dik?” Tanya Husna.
”Ini misalnya ya dengan alasan ilmu titen juga. Di daerah Solo dan sekitarnya ini kan ada pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga. Di daerah Semarang sana ada pantangan anak pertama menikah dengan anak pertama. Kata orang-orang tua juga dasarnya ilmu titen itu.
”Pantangan anak pertama menikah dengan anak ketiga di Solo disebut lusan. Nomer telu artinya tiga menikah dengan nomor pisan, artinya satu. Katanya kalau nekat menikah nanti salah satu dari orang tua pengantin putra atau pengantin putri akan mati.
”Kalau di Semarang anak pertama tidak boleh menikah dengan anak pertama karena nanti kehidupan rumah tangganya tidak bahagia.” Lia menjelaskan.
”Sebenarnya itu juga yang mau Mbak Husna jelaskan tadi Dik. Tapi keburu dipotong sama Bu’e. Begini memang ada yang dianggap ilmu titen, tapi sebenarnya ilmu pengawuran. Ilmu gatuk-gatuk, cuma mencocok cocokkan peristiwa yang mentah sepintas saja terus diambil kesimpulan. Terus dinamakan ilmu titen. Yang seperti ini tidak ada landasan ilmiahnya. Kalau ilmu titen yang sebenarnya itu bisa diuji keilmiahannya. Fakta dan datanya bisa dijelaskan. Teorinya bisa didefinisikan. Lha yang cuma menggatuk-gatukkan tanpa penelitian mendalam ini yang repot. Apalagi kalau sudah dimitoskan. Jadilah khurafat.
”Contohnya ya pantangan anak ketiga menikah dengan anak pertama itu. Itu mitos yang tidak ada dasarnya. Itu khurafat yang menyesatkan memang Mbak juga sepakat. Bisa jadi dulu ada orang yang sangat ditokohkan di masyarakat punya anak pertama dinikahkan dengan anak orang lain nomor tiga. Setelah akad nikah salah satu dari orang tua pengantin itu meninggal dunia. Yang memang telah tiba ajalnya. Terus orang mengatakan itu karena sebab pernikahan itu pernikahan anak pertama dengan anak ketiga. Karena itu menimpa seorang tokoh zaman itu jadi terkenal. Terus dipercaya, dijadikan pantangan. Terus jadi mitos sampai sekarang.
”Yang juga perlu kita harus perhatikan juga. Ada ilmu titen yang dulu pas untuk zamannya, pas untuk masanya. Namun dengan perkembangan zaman ilmu titen itu sudah tidak pas lagi. Maka manusia harus berpikir lagi, berijtihad lagi. Jangan tetap nekat menggunakan ilmu titen yang tidak pas itu?” Azzam yang sejak tadi diam saja. Kali ini angkat suara,
”Contohnya apa itu Dik? Kelihatannya yang ini menarik.”
”Contohnya ini Kak, dulu ketika ekosistem alam masih seimbang. Gas kaca di angkasa sana tidak merajalela seperti sekarang. Ozon belum bolong. Ada ilmu titen yang oleh orang Jawa disebut pranata mongso. Pembagian masa dalam satu tahun untuk bertani. Ada masa untuk mencangkul membalik tanah, ada masa untuk menanam, ada masa untuk menyiangi, dan ada masa untuk panen. Hitungannya selalu tepat. Kenapa? Karena ekosistem alam pada masa itu masih seimbang. Sehingga musim hujan bisa diprediksi kapan datang. Musim panas juga bisa diprediksi berapa panjang. Dulu ada ungkapan desember itu maknanya deres-derese sumber, atau besar-besarnya sumber. Karena air ada di mana-mana. Terus Januari adalah hujan sehari-hari. Karena memang hampir tiap hari hujan. Itu semua memakai ilmu titen. Dan itu terukur. Benar.
”Tapi zaman telah berubah. Sekarang hutan sudah gundul. Gas kaca hampir menyelimuti seluruh angkasa. Ozon bolong-bolong. Dan terjadilah pemanasan global. Akhirnya siklus perubahan musim di dunia ini jadi tidak jelas. Kita tidak bisa lagi mengatakan Januari hujan sehari hari. Sebab tahun lalu saja ketika masuk bulan Januari daerah Blora malah masih kemarau panjang. Belum hujan. Sampai diciptakan hujan buatan. Terus kadang-kadang bulan Juli tiba-tiba hujan di beberapa kota. Para petani sudah kehilangan patokan. Mereka bingung. Kapan harus mencangkul kapan harus menanam, dan kapan harus panen, mereka tidak tahu. Maka di sini kesimpulan ilmu titen terdahulu harus diubah. Manusia harus mengamati lebih dalam lagi gejala-gejala alam supaya hidup dengan seiahtera. Di sini manusia harus ikhtiar dan bekerja keras. Kalau tetap mendasarkan pada kesimpulan orang dulu ya semua kacau. Karena zamannya telah berubah. Dulu waktu kita kecil Kartasura kan masih cukup sejuk sekarang sudah panas luar biasa menyengat. Salatiga dulu kita kedinginan kalau rekreasi ke sana. Sekarang sudah mulai panas.”
”Terima kasih Dik. Penjelasanmu membuka satu wawasan baru bagi Kakak. Kakak jadi banyak belajar dari diskusi kita malam ini. Kita tidak boleh tergesa-gesa menghukumi sesuatu. Segalanya harus dilihat dengan seksama dan detil. Semua ada ilmunya. Terus apa yang harus kakak lakukan berkaitan dengan permintaan Bu’e untuk segera menikah?” Lia menjawab,
”Ya terus berikhtiar Kak. Sampai menemukan yang terbaik buat kakak dan bu’e cocok.”
”Ini Husna ada masukan lagi. Husna punya teman kerja di radio. Sudah menikah. Lha suaminya itu punya adik perempuan lulusan Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia. Namanya Milatul Ulya. Biasa dipanggil Mila. Dia sekarang bekerja di sebuah bank syariah di Surabaya. Kalau kakak mau, saya bisa minta datanya lebih detil sekaligus fotonya.” Husna memberi harapan pada kakaknya.
”Boleh. Bagaimana Bu’e?” Ucap Azzam.
”Iya boleh saja.” Ucap Bu Nafis
”Eh cantik tidak Kak Husna?” Tanya Lia.
”Yang ditanya kok mesti cantiknya.” Tukas Husna.
Setidaknya Kak Azzam harus dapat isteri yang cantik. Harus gak boleh kalah dengan Eliana. Lha wong sudah diisukan dekat dengan Eliana kok terus dapatnya terlalu jauh cantiknya kan jadi jegleg. Turunnya terlalu jauh. Sebagai adik Lia juga ingin punya kakak ipar cantik. Tapi tetap yang shalihah. Betul begitu Kak Azzam?” Ujar Lia ’Tidak. Tidak harus cantik. Dan tidak harus secantik Eliana. Yang penting ketika kakak memandangnya suka itu saja. Cantik bukan yang Kakak cari. Yang kakak cari adalah orang yang bisa menjadi penolong kakak untuk beribadah yang sebaik-baiknya kepada Allah di dunia ini. Orang yang juga bisa membantu kakak meraih derajat yang tinggi di akhirat nanti.” Sahut Azzam menerangkan kriteria calon isterinya.
”Itu baru jawaban lulusan Al Azhar! Baik Kak, besok Husna akan minta datanya Si Mila itu, syukur ada fotonya sekalian.”
0 komentar:
Posting Komentar